Pengamaan Tanaman Sawo Manila
Sawo Manila = Manilkara zapota
Memiliki
vakuola yang mengandung zat ergastik cair berupa tanin, dan pigmen flavonoid,
Batang =
Lentisel
Buah = Pericarpium, epicarpium, dan mesocarpium.
Biji = Spermodermis, testa, tegmen,
albumen, dan hilus
PEMBAHASAN
SAWO MANILA
Sawo Manila termasuk kedalam klasifikasi Kingdom Plantae (Tumbuhan),
Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh), Super Divisi Spermatophyta
(Menghasilkan biji), Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas
Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Sub Kelas Dilleniidae, Ordo Ebenales, Famili
Sapotaceae, dan Genus Manilkara yang merupakan pohon
yang dapat berbuah sepanjang tahun. Sawo manila banyak ditanam
di daerah dataran rendah, meski dapat tumbuh dengan baik hingga ketinggian
sekitar 2500 m di atas permukaan laut.Pohon sawo tahan terhadap kekeringan,
salinitas yang agak tinggi, dan tiupan angin keras. Sawo dapat berbunga dan
berbuah sepanjang tahun, akan tetapi pada umumnya terdapat satu atau dua musim
berbuah puncak.
Struktur Morfologi dari Sawo Manila
atau Manilkara zapota memiliki
pohon yang besar dan rindang, dapat tumbuh hingga setinggi 30-40 m. Bunga
tunggal terletak diketiak daun dekat ujung ranting, bertangkai 1-2 cm,
kerapkali menggantung,diameter bunga s/d 1,5 cm, sisi luarnya berbulu
kecoklatan, berbilangan 6.Kelopak biasanya tersusun dalam dua lingkaran;
mahkota bentuk genta, putih,berbagi sampai setengah panjang tabung (Morton,
1987)
Daun
tunggal, terletak berseling, sering mengumpul pada ujung ranting. Helai daun
bertepi rata, sedikit berbulu, hijau tua mengkilap, bentuk bundar-telur jorong
sampai agak lanset, 1,5-7 x 3,5-15 cm, pangkal dan ujungnya bentuk baji,
bertangkai 1-3,5 cm, tulang daun utama menonjol di sisi sebelah bawah.
Bercabang rendah, batang sawo manila berkulit kasar abu-abukehitaman sampai
coklat tua. Seluruh bagiannya mengandung lateks, getah berwarna putih susu yang
kental (Morton, 1987).
Struktur
Anatomi yang di temukan di dalam tumbuhan Sawo Manila , yaitu pada Batang
terapat derivate epidermis berupa lenti selyang berbentuk seperti celah gabus
yang berfungsi sebagai pertukaran gas Oksigen dan Karbon dioksida. Buah (Fructus) terdapat kulit buah
yang masih muda berwarna cokelat tua, kasar dan tipis, sedangkan yang tua
berubah menjadi cokelat muda dan halus. Daging buah tebal, berair, berwarna
cokelat muda atau cokelat kemerahan. Buah berasal dari bakal buah. Bunga hanya
memiliki satu bakal buah saja. Dalam satu buah terdapat 3-5 biji. Biasanya
biji-biji ini berwarna hitam. Dinding buah (pericarpium) tebal berdaging dan
dapat dibedakan lapisan-lapisannya, yaitu kulit luar (epicarpium), lapisan
paling luar berwarna coklat, tipis, kasar, kaku seperti kulit; dan kulit tengah
(mesocarpium), tebal berdaging, bisa dimakan, berair, berwarna coklat muda
sampai coklat kemerahan;. Jika sudah masak buah tidak pecah. Biji-biji terletak
bebas dalam mesocarpium.
Biji (Semen) di dalamnya terdapat kulit
biji (spermodermis) memiliki dua lapisan, yaitu kulit luar (testa), berwarna
hitam atau coklat, mengkilat, kaku; dan kulit dalam (tegmen), selaput berwarna
putih, tipis. Terdapat pusar biji (hilus) yang berwarna putih. Inti biji
terdiri atas lembaga (embrio) dan putih lembaga (albumen).
Adapun
terdapat beberapa Kandungan zat kimia dari tumbuhan sawo manila (Manilkara
zapota yang bertempat di vakuola yaitu:
1. Tanin
Tanin dapat menyebabkan denaturasi protein dengan
membentuk kompleks dengan protein melalui kekuatan non-spesifik seperti ikatan hidrogen
dan efek hidrofobik sebagaimana ikatan kovalen, menginaktifkan adhesin kuman
(molekul untuk menempel pada sel inang), dan menstimulasi sel-sel fagosit yang
berperan dalam respon imun seluler (Chisnaningsih, 2006).
Tanin merupakan senyawa kompleks yang banyak terdapat
pada tumbuhan, biasanya merupakan campuran polifenol yang sukar untuk dipisahkan
karena tidak dalam bentuk kristal. Di dalam tumbuhan letak tanin terpisah dari
protein dan enzim sitoplasma, tetapi bila jaringan tumbuhan rusak maka reaksi
penyamakan dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai
oleh cairan pencernaan hewan pemakan tumbuhan. Salah satu fungsi utama tanin
yaitu sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat
(Harborne,1996). Tanin dapat meringankan diare dengan menciutkan selaput Lendir usus (Tjay dan Rahardja, 1991).
2. Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang
terdapat pada tanaman hijau, kecuali alga. Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan
tingkat tinggi (Angiospermae) adalah flavon dan flavonol dengan C- dan
O-glikosida, isoflavon C- dan O- glikosida, flavanon C- dan O-glikosida,
khalkon dengan C- dan O-glikosida, dan dihidrokhalkon, proantosianidin dan
antosianin, auron O-glikosida, dan dihidroflavonol O- glikosida (Markham,
1998). Golongan flavon, flavonol, flavanon, isoflavon, dan khalkon juga sering
ditemukan dalam bentuk aglikonnya.
Flavonoid termasuk senyawa fenolik alam yang potensial
sebagai antioksidan dan mempunyai bioaktifitas sebagai obat (Rohyami, 2008). Menurut
Sabir (2005) disebutkan bahwa flavonoid menyebabkan terjadinya kerusakan
permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom sebagai hasil
interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri. Adapun menurut Naim (2004),
flavonoid memiliki sifat lipofilik sehingga dimungkinkan akan merusak membran
sel bakteri. Kemudian, senyawa tanin diduga berhubungan dengan kemampuannya
dalam menginaktivasi adhesin mikroba (zat perekat yang terdapat pada
fimbriae/pili), enzim, dan protein transport pada membran sel.
Komentar
Posting Komentar